Pages

Search This Blog

Sunday, 31 August 2014

ZIONIS MOSSAD MENGACAM PAPUA BARAT

ZIONIS MOSSAD MENGACAM PAPUA BARAT


Foto : Nesta Gimbal
Oleh: Nesta Gimba*)

KEDOK Mossad mulai nampak dalam wujud spiritual di Papua Barat. Anda tidak perlu heran bila gerakan zionis mulai nampak di sekeliling anda yang berada di basis-basis kristen. Kalau di Jayapura dikenal kenal dengan gerakan Zion Kids, suatu gerakan yang kini berhasil menghimpun seperempat umat Kristen di Tanah Papua. Sebagian dari aktivis Papua Merdeka dan lebih banyak dari kaum moralis, Pdt/Pastor.

Dalam kubu Aktivis Papua Merdeka, tentu punya alasan dengan perjuangan Papua Merdeka. Mereka yakin hanya Israel yang mampu mengibarkan bintang Kejora di Papua Barat pada tahun 2010. Dan oleh karena itu, Mossad melalui beberapa pelayan Tuhan dari Yahudi yang akhir-akhir ini bertandang ke Papua dalam bentuk KKR dan Pelayanan Rohani lainnya selalu mempercayakan kepada mereka bahwa bila Papua Mau Merdeka orang Papua Barat dan lebih khusus TPN/OPM harus memaafkan TNI/POLRI + Pemerintah RI yang menindas rakyat Papua Barat. Itu langka I menuju kemerdekaan.

Begitu juga dengan para Moralis tadi. Mereka berkutat pada ajaran Firman Tuhan tentang penggenapan akhir zaman. Mereka percaya bahwa Papua Barat merupakan tanah perjanjian Tuhan dan atau Tanah yang terhilang dan menjadi kewajiban bagi Israel dalam merebut kembali tanah itu sebagai akhir dari pelayanan, akhir Zaman. Tugas mereka adalah berdoa bagi bangsa Israel. Mereka yakin pembebebasan akan terjadi di Negeri ini.

Memang, hampir sebagian pengikut belum memahami wujud dari gerakan itu, misalnya mengenai Zionisme dan kepentingan ekonomi politik yang telah menjarah hampir 70% negara-negara dunia ke tiga. Bila melihat rekaman sejarah tentang “konspirasi global”, maka disana kita akan temukan aktor-aktor yang sedang menglobalisasi struktur pemerintahan dan ekonomi dunia. Protokol Zionis itu jelas-jelas dilaksanakan tanpa sadar oleh organisasi-organisa si di Dunia (termasuk pemerintah dan organisasi Agama), tanpa menyadari segala kebijaksanaannya sedang diarahkan dalam target protokol zionis. Dalam hubungannya dengan Papua Barat, gerakan tadi secara langsung melakukan mandat Zionis, karena tujuan dari protokol itu adalah menguasai dunia dengan intervensi masalah-masalah mereka, termasuk kemerdekaan Papua Barat.

Apa targetnya? Tentu saja menguasai ekonomi dunia. Papua Barat dipandang sebagai wilayah yang memiliki potensi ekonomi bagi kantong negara-negara zionis, seperti As dan sekutunya. Taktik pendekatan religi dari Mossad, injelijen paling kaliber saat ini di dunia adalah menawarkan investasi bagi organisasi Agama yang bekerja sama dengan pemerintah di wilayah yang punya kadar ekonomi tinggi. Misalnya, di Paniai KKR baru-baru ini oleh sala satu pelayan dari Yahudi mengatakan 10 investor asal Israel akan tiba di Enarotali. Mereka yang telah berbondong-bondong masuk kedalam misi ini tentu punya fasilitas yang terjamin.

Demikian berbahanya, Zionisme dalam hal kepentingan ekonomi politik di Papua Barat, tidak salah -dan harus- kita telusuri wujud dari misi ini dari pangkalnya, tanpa menghilangkan missi suci -misi Agung- Tuhan Yesus -menurut kepercayaan umat Kristiani- dari sisi Alkitabiah. Yang harus dibedahkan oleh seluruh pemerhati, baik akademis theologi, Gembala dan pemipin-pemimpin organisasi (denominasi) Gereja di Papua Barat adalah, Zionisme dalam misi suci, dan Zionisme dari kepentingan kekuasaan.

Baiklah, untuk yang pertama tidak saya gubris disini, karena itu urusan mereka yang bergelut dalam pelayanan suci: Pengembalaan dan penyebaran injil ke seluruh dunia -Alkitab bilang begitu. Zionisme dalam pandangan kepentingan kekuasaan sudah banyak kali menjadi diskursus kalangan anti-imperialisme, baik di lingkaran syariat islam maupun gerakan ideologi sosialis (Marxisme/Leninisme ). Zionisme ditempatkan sebagai suatu ajaran (ideologi) yang telah melahirkan imperialisme negara-negara liberalis seperti AS, Eropa dengan pusat kendali Israel. AS dalam struktur ekonomi-politik, atau katakanlah kebijakan luar negerinya tentu dikendalikan oleh organisasi-organisa si hasil konferensi Meja Bundar seperti: Federal Reserve, CFR, Bilderbelger, Club of Roma, .Trilateral. Tujuan organisasi-organisa si ini tentu menyukseskan protokol Zionis, yakni salah satunya Membuat Pemerintahan Tunggal di Dunia.

Bicara Zion berarti bicara bangsa Yahudi, sebuah bangsa yang telah dianggap punya bakat-bakat luar biasa dalam alam pikir. Oleh karena itu mereka berikrar untuk membangun bangsa-bangsa zion di dunia. Intinya negara -bangsa zion harus menguasai dunia dengan berbagai cara sehingga bangsa-bangsa lain menyerahkan kedaulatannya. Dari buku panduan sebanyak 24 protokol yang saya baca, beberapanya yang telah dilakukan adalah: membuat kekacauan, membuat keseimbangan kekuasaan, komunisme, kapitalisme, kemanusiaan sekular, interpol, bunga atas pinjaman, bond (obligasi) sehingga dunia bisa dikuasai melalui kekuatan ekonomi-politiknya.

Indonesia paling tidak telah menjadi korban yang imbasnya sampai ke Papua Barat, negeri kita dengan pendudukan kapital global (PT.FI misalnya) dan jauh sebelumnya melalui misionaris yang telah melakukan eksploitasi nilai-nilai budaya bangsa Papua Barat sebagai awal pendudukan doktrin zionisme. Contoh terbaru bagi di Indonesia dalam pasar sekuritas saja, mereka harus menerbitkan obligasi pemerintah di New York. Dan tentu yang investornya paling banyak diborong oleh AS saat lelang beberapa waktu lalu. Artinya, struktur ketergantungan ini tidak akan putus sejatinya Venezuela atau Kuba yang jelas-jelas fight.

Masih ingat kasus Kosovo? waktu lalu sa sempat buat artikel dengan judul : “Kosovo dan Papua Barat dalam Konfrontasi Internasional” . Anda bisa lihat intervensi NATO dalam penyelesaian kasus Kosovo. Arsitek NATO tentu saja CLUP of ROME, satu badan milik Zion. Kosovo jatuh dalam pelukan zion bukan karena Kosovo mengalami penjajahan dan sejenisnya. Kosovo itu punya warga Muslim yang tentu tidak masuk akal bagi Zion melakukan missi suci. Itu namanya misi ekonomi dan politik.
Lantas, apa yang musti disalahkan bagi gerakan zionis di Papua Barat?

Tentu misi itu bukan misi yang suci, atau bagian dari pelayanan pemudiran, sesuai mandat Alkitab bagi para misionaris. Alkitab tidak pernah menyebut Negara Israel, tetapi bangsa Israel yang ia sebut sebagai bangsa pilihan Tuhan. Alkitab tidak pernah mengatakan bangun kerajaan di dunia. Tapi Ia mengatakan kepada ke-12 muridnya, di bukit zion (Saitun), bahwa ia akan kembali dan membangun kerajaan dunia. Beberapa pelayan Tuhan yang sudah tergabung dalam gerakan Zion Kids di Papua Barat gemar mengobar misi mereka bangun (mempersiapkan) Kerajaan di dunia (mungkin juga Papua Merdeka bagian dari misi itu), adalah sesuatu fitnah dan diluar perintah Tuhan dalam Alkitab. Ini bukan usaha penggenapan Firman Tuhan, tetapi usaha penggenapan misi Zionisme milik Negara Israel (kaum Illuminati).

Di Papua Barat, ada Jaringan Doa Sahabat Sion Papua (JDSSP) yang dibentuk dibawah pengawasan PGGP (Persatuan Gereja-Gereja Papua), semua wakil dari denominasi gereja ada disitu dalam misi khusus mendoakan bangsa Israel. Beberapa dari mereka telah bertandang ke Israel dalam suatu misi. Pulang dari sana, mereka semakin giat melakukan pelayanan-pelayanan rohani yang tentu sangat penting bagi umat Tuhan di Papua Barat. Visi Misi mereka cukup baik. Namun tulisan ini paling tidak menguak apa dibalik pelayanan suci dalam hubungannya dengan misi zionisme (ekonomi-politik).

Dalam suatu KKR yang dibuat di depan Ekspo, Waena, Jayapura, bisa lihat pemandangan yang cukup menarik. Latar belakang panggung bergambar pulau Papua Barat bergambar bintang kejora, namun bintangnya memakai bintang daud (Israel). Ini berarti ada relasi yang tidak saling pisah antara misi politik dan misi suci dari pelayanan ini. Genaplah sudah apa yang termuat dalam protokol zionisme, intervensi terhadap kedaulatan suatu bangsa, termasuk perjuangan mereka.
Papua Merdeka tidak Ada kaitannya dengan Israel

Dalam suatu perdebatan singkat beberapa waktu lalu di Lingkaran bersama sala satu kawa aktivis Papua Merdeka yang telah menjadi pengikut fanatik zionis yang kebetulan saya ketemu, dengan suara menantang, ia mengatakan, “kawan Tuhan kebetulan temukan sa dengan ko disini, saya mo kas tau, kalau Papua tidak akan merdeka bila kalian tidak mendoakan Israel, bila kita masih benci dengan TNI/POLRI dan Pemerintah RI yang membunuh (menjajah -VY) tong. Israel harus bebas baru kita pasti merdeka. Mereka pasti kasih merdeka kita tahun 2010″, demikian dengan nada yang meyakinkan, alias penuh PD.

Ia dan pengikutnya tentu terhipnotis dengan janji-janji misionir Yahudi yang telah ditunggangi oleh Injelijen Mossad. Ia seakan-akan memaksa saya untuk, paling tidak, memberi pencerahan tentang kasat-kusut zionisme di dunia khususnya di Papua Barat. Akhirnya berakhir pula dalam suatu kesimpulan -yang entah dia terima atau tidak, bahwa kemerdekaan Papua Barat tidak ada hubungannya dengan Israel. Papua Merdeka tidak ada hubungannya dengan Islam vs Kristen. Papua Merdeka tidak ada hubungannya dengan penggenapan protokol zionisme. Papua Merdeka adalah keharusan bagi bangsa Papua Barat tanpa batas waktu atau alasan dengan lebel apapun. Yang punya wilayah (tanah dan air) adalah makluk yang mendiami didalam pulau ini, bangsa Papua Barat, ras Melanesia. Bukan bangsa Melayu, bangsa Yahudi atau siapapun/kelompok manapun yang merasa memiliki pengetahuan rahasia dari sumber manapun.

Papua Merdeka adalah perjuangan politik bangsa Papua Barat. Baiklah, siapapun yang punya kependulian tentang tanah ini harus bekerja (berjuang) dengan segala kekuatan yang telah diberikan oleh Allah bangsa Papua Barat, karena siapapun yang bekerja bagi pembebasan Papua Barat, ia sesungguhnya yang empunyai kerajaan di hati sebelum tiba tanda heran satu ke tanda heran yang lain.(bersambung).

ZIONIS MOSSAD MENGACAM PAPUA BARAT (BAGIAN ) II

Proses berfikir kristis yang menguji kebenaran menjadi bagian dari kepekaan kita terhadap segala wujud musuh yang “paling mungkin” mengancam proses pembebasan tulus yang sedang dilakukan oleh pejuang kemanusiaan dan pejuang nasional bangsa kita, Papua Barat. Topik Zionisme dalam artikel itu ditempatkan sebagai musuh bangsa Papua Barat. Selanjutnya didukung oleh gejala-gejala terkini yang menunjukan sinyal akan adanya proses infiltrasi dalam kegiatan-kegiatan kerohanian, juga dalam perjuangan pembebasan nasional Papua Barat akhir-akhir ini.

Untuk memajukan diskusi seputar topik ini, saya berharap pada tulisan bagian kedua ini paling tidak memberikan pencerahan dari sub judul yang muncul secara tidak langsung atas komentar-komentar di www.kabarpapua.com dan milist diskusi ini (komunitas-papua milist -red). Saya tidak bahas hampir sebagian besar komentar yang tidak pada substansi topik, sebab saya tidak ahli dalam misiologi pelayanan umat Kristen di dunia. Itu mungkin tugas theolog. Tapi baik juga bila Akademisi Theolog atau Mahasiswa mengangkat/mengkaji menjadi sebuah tulisan yang komprehensif. Tugas saya adalah tugas pembebasan nasional Papua Barat, bagian dari perjuangan bangsa-bangsa pribumi di dunia yang mulai sadar akan penjajahan dan penghisapan dari hasil perselingkuhan zionisme dan imperialisme barat.Ini soal nasionalisme, pembelaan terhadap diri dan kemerdekaan tanah air.

Zionisme Musuh Papua

Zionisme itu ideologi resmi Israel. Mengapa ideologi ini ditentang oleh Papua Barat? merujuk artikel bagian pertama, saya jelaskan protokol Zionisme itu jelas-jelas meniadakan independensi bangsa kita Papua Barat. Protokol Zionis sebenarnya ada 25 dan semula berasal dari paparan Rotshchild pada pertemuan 14 Dinasti Yahudi. Kaum Yahudi menolak bila protokol itu dibuat oleh Mereka, tapi kenyataan hal itulah yang sedang terjadi: penggenapan protokol zionis. Tokoh sekaliber Henry Ford dalam bukunya The International Jew (1976) pun mengaku semua kejadian yang sedang terjadi di dunia sejalan dengan protokol Zionisme. Jadi sebenarnya Zionis tidak harus menuduh bahwa protokol itu sengaja dibuat oleh kelompok anti-semit (anti Yahudi) untuk memojokan bangsa Yahudi, sebab bila melihat jaringan banker, Media, Ekonom, Word Bank, IMF hingga PBB dibentuk merupakan hasil dari Zionisme untuk mengamankan kepentingannya: sentralisasi pemerintahan di dunia.

Dalam setiap diskursus Aliansi Mahasiswa Papua Internasional (AMP-I), paling tidak ada 3 kelompok yang sedang membunuh bumi ini. Sebutlah PAPA (Pemerintah, Perusahaan dan Agama). Bangsa Papua Barat telah menjadi korban dari Konspirasi PAPA. Gerakan Zionisme telah tumbuh dengan subur selama beratus-ratus tahun dalam PAPA. Kita, rakyat Papua dibuat sama seperti babi hutan yang berhasil dijinakan oleh Agama, dikurung oleh pagar yang namanya Pemeritah, dan diberi makan oleh Perusahaan. Setelah itu, terserah bagi PAPA sebagai pemilik. Jika kita berontak kita bisa dipukul hingga di bunuh. Apapun bisa dilakukan dalam kendali mereka.

Masuk akal tidak? Padahal, Kristen Protestan sewaktu Martin Luther menabur anti-semit yang selanjutnya memuluskan Adolf Hitler untuk membantai 6 juta kaum Yahudi (baca: Holocaust), Israel membunuh dan menghancurkan nyawa anti-semit di Eropa dan Timur tengah, jika demikian apa hubungannya Israel ingin memerdekakan Papua Barat yang dominasi berakar dari Marthen Luther? Perjuangan tulus rakyat Papua Barat adalah pembebasan nasional Papua Barat. Dan oleh karenanya, rakyat Papua Barat dalam melakukan perjuangan harus berdasarkan perspektif yang jelas dalam melihat wujud-wujud musuh yang ada dalam bentuk apapun. Maka sesungguhnya kegiatan-kegiatan kerohanian di Papua Barat yang lebih menonjolkan bendera negara Israel atau sejenisnya harus diwaspadai sejak dini.Rohani-rohani saja, politik-politik saja, sosial-sosial saja to..! agar jangan dianggap bagian dari PAPA.

Papua-Yahudi

Setelah pada 70 M bangsa Yahudi terusir dari Yerusalem, mereka berdiaspora (berpindah) ke belahan dunia.Ceritanya mereka ini berasimilasi dengan daerah tempat mereka berada, sehingga mereka menganggap diri mereka sebagai “kelompok agamis” dan bukan sebuah ras atau bangsa.Mereka yang berada di Jerman disebut: Jerman Yahudi; di Amerika sebagai Amerika Yahudi; Ingris Yahudi,dsb. Geliat nasionalisme bangsa Yahudi mulai terlihat saat mereka menyadari mereka sebagai suatu ras, bukan saja kelompok agamis. Maka penyatuan untuk membuat suatu bangsa zionis dibasis-basis orang Yahudi dilakukan. Palestina menjadi incaran resim Israel hari ini.

Masih dalam perspektif yang sama, anggapan yang berikut ini adalah Papua-Yahudi. Orang Papua dianggap sebagai bagian dari suku Yahudi yang berdiaspora ke Papua. Dari pengalaman orang Papua, seorang pemimpin denominasi gereja di Papua misalnya, ia diagnosis bahwa darahnya sama dengan orang Yahudi merupakan pertanda bahwa adanya suatu usaha zionisasi orang Papua atau membangun bangsa-bangsa Zion di wilayah (bangsa) yang menjadi incaran mereka untuk kepentingan resim borjuasi Israel.

Papua Yahudi Mendukung Kejahatan Kemanusiaan Israel

Pembantaian Rakyat sipil yang tak berdosa di Gaza dan Libanon masih dilakukan oleh resim Israel (baca: Fakta-Fakta Kebrutalan Terorisme Zionis Israel atas Palestina). Agama dipakai sebagai alat legitimasi atas kejahatan yang mereka lakukan. Padahal, kitab suci agama Yahudi maupun Kristen tidak membenarkan tindakan-tindakan itu.Padahal, PBB yang dilahirkan dari rahim Zionis itu, sesuai piagamnya: Menjaga Ketertiban dan perdamaian dunia bisa menyelesaikan Konflik berdarah ini melalui jalur-jalur dialogis yang damai. Paradoksal tentang kelayakan pemilikan Yerusalem di Palestina masih berlangsung. Israel dianggap sedang menjajah Wilayah itu, sedang atas nama tanah perjanjian, Muslim Palestina yang telah bermukim lama dianggap bukan sebagai bangsa Yahudi yang layak di Palestina.

AS maupun Inggris sudah banyak membantu invasi Israel ke kamp-kamp milik warga Palestina. Bagi Israel, infiltrasi kedalam kepentingan bangsa-bangsa di dunia harus dilakukan sehingga bangsa-bangsa itu menjadi bangsa Zion yang mendukung segala kebijakannya, termasuk serangan-serangan membabi-buta yang sedang mereka lakukan di Palestina.

Inilah yang diharapkan dari bangsa kita, Papua Barat. Saat kita dianggap punya penafsiran tentang akar filosofi dan ideologi yang sama: Zionisme, maka sebagai wilayah mayoritas Kristen, Papua Barat dan wilayah-wilayah di kawasan Pasifik - Melanesia agar mengemban misi itu, baik lewat aktivitas-aktivitas pelayanan rohani maupun bantuan dalam bentuk apapun. Padahal, ‘mereka’ mengajar kita keadilan dan perdamaian, sedang mereka (Israel) membuang jauh-jauh dengan jargon: Misi Suci. Lantas, persembahan gereja oleh orang Papua untuk bantu misi ke Israel itu untuk apa? mengapa tidak pernah ada persembahan khusus bagi TPN/OPM di rimba raya.

Konflik Timur Tengah Jangan Ke Papua Barat

Banyak pendapat konflik Timur Tengah adalah Konflik antara Agama Barat dan Islam. Di negara-negara islam seperti di Indonesia banyak kalangan dari Muslim memakai topik Zionisme dan imperialisme dalam memberikan pembealaan terhadap warga Palestina yang notabene Muslim Arab. Wilayah itu masih menjadi polemik dua keturunan Ismail dan Isak. PBB menjadi organisasi dunia yang tumpul dalam memecahkan konflik berkepanjangan ini. Baru-baru ini menguak isu Potensi konflik agama di Papua (baca:ICG). Menarik untuk disimak! Secara nyata tidak ada potensi itu, tapi pemberitaan ini bagi saya tidak begitu jelas siapa yang mengemas dan apa targetnya. Namun, bahwa Inflitrasi Islam dalam perjuangan politik sedang terjadi.

Dalam beberapa kasus yang saya temui, misalnya di Jakarta, sebagian Mahasiswa Papua Barat diorganisir oleh salah satu organisasi jaringan Muslim lewat bentukan club bola yang bernama “Rasta Club”. Akhir-akhir ini mereka mulai merubah visi dari sebatas bola menjadi misi Muslim yang ditujukan ke Papua Barat. Anggota-anggota dalam club ini difasilitasi upah yang menggiurkan. Menurut pengakuan salah satu kawan yang keluar dari jaringan ini, kelompok jaringan ini didonor langsung dari Arab dan berada dibawah kontrol pemerintah RI.

Upaya-upaya dalam kepentingan misi agama di Papua merupakan ancaman bagi kemerdekaan Papua, sebab selain misi islamisasi dengan penyebaran migram muslim di tanah-tanah adat masyarakat Papua Barat, mereka juga mengusung ideologi syariat Islam untuk NKRI. Wilayah Papua Barat diklaim wilayah muslim yang musti berada dalam NKRI. Inilah pandangan yang harus dilawan oleh segenap rakyat Papua Barat yang ingin merdeka.

Adalah dampak dari konflik Timur Tengah. Dendam warga muslim di seluruh dunia terhadap resim Israel paling tidak akan mempertajam misi mereka di Papua Barat, tatkala bendera Israel menutupi wajah perjuangan politik bangsa Papua Barat. Perjuangan nasional Papua Barat bukan tidak mungkin direduksi sebagai kepentingan Zion di Papua Barat.

Papua itu Papua Terlepas dari segala bentuk ideologi dan kepentingannya yang manjamur dimana-mana, Papua Barat haruslah menjadi bangsa yang menjadi diri sendiri. Cukup sudah sejarah 1961, 1962, 1963, 1967, 1969 dan 2001 menjadi pengalaman pahit bagi bangsa Papua Barat. Kita masih menjadi korban dari kepentingan-kepentingan itu. Dan generasi masih tak mampu memetahkan konstalasi politik dan geopolitik kepentingan ekonomi-politik dunia. Dari jargon: “Kaka Bas Pulang Kampung” hingga topik ini, kita masih belum mengerti: Apa itu kebijakan Otsus, siapa dibalik Kebijakan ini, dan apa yang dilakukan dengan uang Otsus itu terhadap kegiatan Zionis? serta siapa intelijen Israel-Mosad didalam kekuasaan penjajah RI di Pemerintah Daerah Provinsi Papua.

Otsus melahirkan investasi yang tidak logis di Papua Barat, Pemekaran, malpraktek pemerintahan di Papua Barat, dan kejahatan kemanusiaan dan ketidakadilan yang stagnan. Dalam kondisi ini, aktivis kemanusiaan dan perjuangan politik bangsa Papua Barat masih saja mencari jati diri dari gerakan kepentingan bangsa lain. Adalah sesuatu jauh dari urgensi kebutuhan pembebasan nasional Papua Barat. Kita harus buang segala keyakinan yang fiktif bahwa pembebasan datang dari Israel, Amerika, Inggris, Vanuatu yang tidak lebih mereka hanya punya supporting power, atau dari sumber manapun. Sebab, bicara tanah air, bicara tentang urat nadi kita sendiri. Darah itu harus berjalan lancar, dan ia akan lancar bila orang Papua sendiri melakukan aktivitas perjuangannya sendiri. Orang Papua Barat harus menjadi diri sendiri.

Kita Belum Solid Tapi Mimpi Solidaritas Internasional

Kita butuh intervensi negara lain dalam soal kita, tapi kita belum mampu membenahi diri sendiri dan organisasi perjuangan. Kenyataannya, kita terbuai dalam kepentingan kekuasaan NKRI di Papua Barat. Mahasiswa masih mendulang ijasah dibanding kuliah terdidik untuk kritis dan menjadi revolusioner Papua Barat.Tetua -pelaku sejarah- hilang satu-satu, sedang yang lain menjadi objek kepentingan Partai dan kedudukan elit-elit lokal NRKI. Mimbar-mimbar gereja menjadi tempat kompanye politik dengan kedok kebenaran Firman Tuhan. Parahnya, jemaat tolak Otsus pemimpin-pemimpin gereja dukung Otsus sembari sibuk buruh dana Otsus.Masyarakat adat tolak Otsus Dewan Adat tunggu dana Otsus demi nama Perjuangan. Pemuda Mahasiswa demo anti-NKRI tapi jatuh dalam pelukan Parpol RI dan Pemekaran yang semakin gencar. Yang lain berlindung dalam NGO sambil makan uang Otsus. Kapan kita mau menjadi diri sendiri?

Orang Papua jangan bermimpi atas nama ras, agama dan atau akar ideologi negara lain akan datang memerdekakan tanah air ini. Tidak logis atas nama kemanusiaan Israel datang bantu Papua, sedang ia sendiri tidak mempunyai rasa kemanusiaan atas warga Palestina. Negara-negara sibuk dengan kepentingannya sendiri. Negara PNG tetangga kita sekalipun, Michael Somare lebih mementingkan kepentingan ekonomi-politiknya dari pada Identitasnya sebagai Papua yang seharusnya punya rasa tanggung jawab keluarga bagi Papua Barat.Amerika Serikat sibuk mengamankan kepentingannya di kawasan pasifik -termasuk wilayah kita, demi kepentingan ekonomi-politik (baca: geliat negara-negara dalam pertemuan G8 kemarin). Kapan kita mau urus internal kita?

Inisiatif bersatu pun tumbuh patah-hilang berganti. Pertemuan-pertemuan hanya meninggalkan keputusan yang tak bernyawa. Banyak orang bicara Merdeka tapi tidak ingin mengorganisir diri dalam organisasi gerakan dan melakukan kerja perjuangan. Nafsu publikasi diri dan unjuk diri lebih hebat mengidap aktivis.Penipuan masal gemar dilakukan atas nama perjuangan. Banyak aktivis penyedot keringan rakyat Papua yang papa atas nama perjuangan. Tanpa sadar perjuangan dilakukan menuju Fatalisme gerakan. Kapan baiknya

Diskusi Topik

Topik tentang Zionisme dan Mosad perlu dijadikan diskursus yang lebih maju. Generasi Papua Barat yang mengeyam di bidang Theologi, Islamologi, Gereja dan Masyarakat dan Aktivis Papua Barat musti menempatkan waktu dan ruang soal ini, agar jangan terus menerus berada dalam kemiskinan berfikir -pinjam kata-kata Ismail Asso. Pemimpin-pemimpin gereja hendaknya mensiasati segala hal yang melibatkan bendera Israel dan konflik TImur Tengah yang berkepanjangan, agar mampu menempatkan posisinya dalam perjuangan nasional yang sedang dilakukan oleh rakyat Papua Barat.

Soal topik ini Bagi Gereja, Aktivis Mahasiswa Pemuda bisa terlibat untuk diskusi. Sebab soal nasional adalah tanggung jawab Agama, Akademisi, Intelektual, Pemuda dan organisasi perjuangan””
 
Penulis adalah aktivis Komite Nasional Papua Barat. Ia Berdomisili di Holandia kini Jayapura 

Orang Papua Bisa Ditembak Kibarkan Bendera Bintang Kejora, Kenapa Bendera ISIS Bebas?

Pasukan ISIS berparade di kota Raqqa, Suriah.
MALANG, AMPNews — Pendeta asal Papua, Rev Karel Phil Erari, dari Persekutuan Gereja-gereja Indonesia (PGI), menyesalkan ketidaktegasan Pemerintah Indonesia dalam menindak warga negara yang mendukung dan bergabung dengan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Ia meminta pemerintah tidak menerapkan standar ganda dalam menanggapi ancaman perpecahan di Indonesia.

"Orang Papua melihat negara ini salah jalan. Saya prihatin dan bertanya kepada pemerintah, mengapa kelompok yang diimpor dari luar masih punya hak? Orang Papua bisa ditembak karena kibarkan bendera Bintang Kejora, kenapa bendera ISIS bebas?" kata Karel di Jakarta, Senin (4/8/2014).

Karel menolak masuknya ISIS ke Indonesia karena bisa memecah persatuan negara dengan mengganti Pancasila sebagai dasar negara.

Di sisi lain, ia mengapresiasi Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin dan Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Djoko Suyanto yang meminta warga negara untuk tidak mendukung dan bergabung dengan ISIS.

Namun, ia berharap pemerintah memberi tindakan yang sama kepada mereka yang bergabung dan mengajak warga negara lain untuk mendukung ISIS.

"Jangan ada standar ganda karena kita sama Indonesia. Pemerintah harus bisa menjamin hak hidup warganya. Selama ini, Papua selalu menyebut ingin lepas (dari NKRI). Kalau pemerintah tidak bisa menjamin hak hidup kami, tentu saja kami ingin lepas," pungkasnya.

Saturday, 30 August 2014

Tolak Kehadiran Militer dalam PAUD di Tanah Papua

Tolak Kehadiran Militer dalam PAUD di Tanah Papua
Penulis : Andreas M. Yeimo              
Aliansi Mahasiswa Papua
Sebelum melihat kehadiran militer dalam Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), penulis ingin menjelaskan beberapa pengetian kata dasar yaitu Sistem, Pendidikan, dan Militer.

Menurut Wikipedia Bahasa Indonesia, kata sistem berasal dari bahasa Yunani yaitu systema yang berarti  cara atau strategi. Dalam bahasa Inggris, sistem berarti system, jaringan, susunan, cara. Sistem juga diartikan sebagai suatu strategi atau cara berpikir.

Kata Pendidikan adalah suatu strategi atau cara yang akan dipakai untuk melakukan proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan agar para pelajar dapat secara aktif memahami apa yang disampaikan oleh gurunya.

Kata Militer adalah Tentara Nasional Indonesia (TNI), organisasinya yang merupakan kekuatan bersenjata dan yang harus menjaga dan mengamankan kedaulatan negara.

*** 

Di beberapa pelosok pedalaman Papua, di sana ada beberapa personil TNI dan Kepolisian Republik Indonesia (Polri) yang sedang mengajar di beberapa daerah, misalnya di pesisir pantai Papua, yaitu di Biak bagian kampung, dan di pegunungan Papua yaitu di kabupaten Puncak Jaya.

Beberapa orang Papua memandang bahwa tidak salah, jikalau TNI dan Polri mengajar di tanah Papua. Karena tiap tahun walaupun ratusan bahkan ribuan mahasiswa yang menyelesaikan pendidikan di jenjang  studi S1, S2 dan S3.  

Semua mahasiswa Papua maunya mencari kepentingan dan kesejahteraan pribadi dengan tidak menjadi guru. Padahal, guru sangat dibutuhkan dibandung profesi lain di Papua.

Memang sangat benar faktanya bahwa banyak mahasiswa Papua yang sudah menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi sudah malas untuk mengajar di tanah airnya sendiri. Tetapi jika dilihat dampak dan efeknya, sangat membahayakan, bila generasi muda Papua yang berpendidikan tidak kembali perhatikan PAUD.

Bayangkan bila PAUD di Papua ditangani militer seperti sekarang. Bagi anak-anak, apa yang mereka lihat mereka perbuat langsung. Maka pada dasarnya harus ditanamkan dengan sistem pendidikan yang ada agar anak usia dini tidak terpengaruh oleh sistem militerisme.

*** 

Pendidikan dan militer memiliki sistem, tujuan dan fungsi yang berbeda. Mereka berada di bawah satu payung besar yaitu negara.  

Ketika kita berbicara masalah organisasi, ada Visi dan Misi. Mereka juga punya sistem yang berbeda. Pendidikan punya sitem pendidikan sesuai perkembangan usia dan tingkatan pengetahuan. Juga dengan sistim Militerisme.

Ketika militer menjadi guru, maka bisa jadi sitem militerlah yang akan diterapkan dalam proses belajar mengajar, sementara pendidikan anak-anak punya sistemnya sendiri. Militer berpotensi menjadikan anak Papua menjadi sama wataknya dengan militer. Maka sudah sepantasnya, militer yang menjadi guru di Papua harus ditolak, karena akan merusak pembentukan manusia Papua melalui sistem pendidikan yang telah ada.

Kita harus tahu fungsi pendidikan dan militer. Militer bukan untuk mengajar, melainkan untuk mengamankan negara. Begitu pun dengan sistem pendidikan, bukan untuk mengamankan Negara, melainkan mendidik seorang anak agar mampu dan memahami nilai-nilai pendidikan, agar menjadi garam dan terang bagi sesamanya dalam dunia modern ini.

*** 

Harapan dan impian tak kunjung terealisasi melalui fakta dalam hidupku, di atas tanah air Papua yang tercinta. Berbagai macam masalah harus kutempuh dan kuperjuangkan. Entah itu masalah pendidikan, perekonomian, kesehatan, dan masih ada banyak lagi.

Harapan kita ada pada anak muda Papua yang akan mengenyam pendidikan dengan baik, melalui sistem pendidikan yang baik, yang diajar oleh guru yang profesional, bukan oleh militer. 

Pemerintah Papua melalui Dinas Pemuda dan Olah Raga baik itu Provinsi, Kabupaten/kota dan Distrik harus menyekolahkan anak-anak Papua yang masih menganggur dan tidak bersekolah di tanah air Papua. 

Pemerintah juga beri beasiswai mahasiswa yang akan jadi guru, agar mereka benar menjadi guru profesional, untuk kembali ke tanah Papua, mengajar, mencerdaskan kehidupan orang Papua. Dengan semakin banyaknya guru yang berkualitas, maka dominasi militer dalam dunia pendidikan, khususnya PAUD di Papua akan semakin berkurang. 

Dan itu akan jadi langkah maju untuk bangsa Papua.


Penulis adalah mahasiswa Papua, kuliah di Yogyakarta.

Kami Akan Terus Berjuang Sampai Papua Merdeka !

Kami Akan Terus Berjuang Sampai Papua Merdeka !

Isu yang kini tidak asing lagi adalah  kalau rakyat Papua ingin menentukan nasibnya sendiri. Ini dapat kita lihat dari berbagai media-media yang memberitakan masalah Papua dari berbagai sisi, juga dari berbagai informasi yang sekarang sedang terjadi dan sedang memanas di seluru penjuru dunia.


Tidak heran juga, masalah Papua sudah merupakan masalah global, masalah internasional, di dunia. Orang Papua selalu memperjuangkan hak-hak untuk merebut kemerdekaan penuh melalui forum-forum terbuka maupun tertutup.
Itu semua  usaha orang Papua: berjuang dan dengan berbagai cara  merebut kemerdekaan adalah upaya orang Papua memenuhi hak, sebagai bangsa West Papua.


Kita bisa melihat kembali masa sejarah singkat mengenai Papua di dalam pangkuan NKRI. Orang Papua ditindas, dibunuh, dianeksasi dan dilecehkan kedaulatannya, dan dicaci maki orang Papuanya oleh NKRI melalui aparat pemerintah, terutama militernya di atas tanah Papua.


Kami (Bangsa Papua) tidak bisa jelaskan pelanggarannya satu per satu, karena itu semua sudah jelas dan pastinya semua sudah tahu kalau Papua sedang terjadi seperti demikian. Sejarah yang membuktikan bahwa sejarah perjuangan Bangsa Papua lebih lama dan lebih panjang dibandingkan sejarah bangsa indonesia. Sekarang yang terjadi adalah negara indonesia tidak mau mengakui kalau Bangsa Papua ingin menentukan nasib sendiri. Apa maunya Indonesia? Dan sampai sekarang, mengapa Bangsa Papua masih di dalam bingkai NKRI, padahal, sebagai sebuah bangsa, West Papua berhak menentukan nasibnya sendiri?


Kita bisa lihat dan sangat jelas pada awal Bangsa Papua dijajah negara Indonesia pada tahun 1963 sampai sampai saat ini. Selama puluhan tahun penjajahan bangsa Indonesia, ada banyak sekali negara-negara luar yang sudah merdeka. Dan itu sudah lebih dari puluhan negara yang sudah menentukan nasibnya sendiri. Padahal penjajahan bangsa Indonesia terhadap Papua sudah sangat lama. Indonesia telah buat orang Papua menderita dan menderita karena setiap hari dibunuh, diperkosa, disiksa.  Paling sangat di sayangkan sekali. Apa yang membuat bangsa indonesia sangat cinta kepada Bangsa West Papua? Tidak lain kalau itu karena kepentingan ekonomi dan politik bangsa indonesia.


Bukankah di dalam Pancasila sudah tercantum di dalam sila ke-5 yang berbunyi, Keadilan sosial bagi seluru rakyat Indonesia." Bukankah juga di dalam UUD 1945 sudah ditegaskan kepada bangsa indonesia pada Alinea I (pertama) yang berbunyi, Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan peri keadilan. Mana buktinya?


Manusia memiliki akal budi yang sudah diciptakan Tuhan. Manusia yang sempurna memiliki akal budi dan bisa berfikir secara sehat. Mana yang baik dan mana yang tidak baik. tetapi apa yang dilakukan pemerintah indonesia, UU ko yang dibuat sendiri tetapi yang dilanggar juga sendiri.


Dari dahulu, pembunuhnan demi pembunuhan terjadi. Penyiksaan. Pemerkosaan, sudah banyak kasus.  Semua itu jadi bukti kata-kata jenderal TNI, Ali Murtopo yang mengatakan: Bila orang Papua ingin merdeka, surati Amerika Serikat agar bangsa Papua diantar ke bulan untuk merdeka di bulan. Atau mencari pulau lain di fasisfik untuk merdeka di sana. Artinya, Ali Murtopo mengatakan bahwa Indonesia tidak butuh orang Papuanya, hanya butuh tanah Papua yang kaya raya. Terbukti dengan eksploitasi besar besaran,dimulai dengan PT. Freeport, tanpa meningkatkan kesejahteraan orang Papua.


Tetapi ingat bangsa Indonesia, selama Bangsa Papua masih berdiri di atas tanah Bangsa Papua, selama Bangsa Papua masih banyak pelajar-pelajar muda, pejuang mahasiswa, aktivis, dan pejuang-pejuang bangsa Papua, kami akan terus berusaha menegakkan kebenaran sejarah, dan menunjukkan pada dunia, rekayasa yang kau buat, demi tanah Papua, bukan manusia Papua.


Walau politik kelas wahid dan kasta tinggi bagaimana pun yang kau gunakan, masalah Papua tidak akan pernah selesai hingga bumi ini kiamat. Kami tahu kami berada pada jalur kebenaran, dan kami akan berjuang untuk membuatmu masuk surga, setidaknya dengan berjuang agar kau (RI)  mengakui dosa-dosa politikmu di masa silam  terhadap  Bangsa West Papua.


Karena kami tahu, kebenaran dapat disalahkan, seperti keberhasilanmu memanipulasi sejarah kedaulatan bangsa kami demi ekonomimu, tetapi kebenaran tidak dapat dikalahkan. Artinya, kami tahu, di ujung sana, ada kemerdekaan sebagai penegakan kebenaran sejarah bangsa kami, buat bangsa  kami, West Papua menanti kami: Papua Merdeka!



" Hendaklah kamu sepikir, sehati, sejiwa, satu dalam kasih dan satu tujuan untuk  terus berjuang sampai Papua Merdeka "
                                                                            Filipi 2:2b

Mendesak Kepada mahkama Internasional agar segera menggugat Indonesia yang dengan sengaja menghilangkan hak-hak kebangsaan (national right) tanah dan hak bangsa Papua Barat selama 35 tahun

Gerakan Mahasiswa Papua

Catatan sejarah Papua membuktikan bahwa, 
ideology untuk membentuk negara Papua Barat muncul dari Intelektual, Pelajar dan Mahasiswa asal Papua Barat.


Mahasiswa, dalam pentas sejarah Papua Barat, memang tidak sekadar menampilkan dirinya menjadi sosok manusia elitis terpelajar yang kemudian menjelmakan dirinya menjadi mesin intelektual yang hanya bekerja dalam dunianya saja. Lebih dari itu, sejarah perlawanan, dinamika pergolakan, gelombang protes, dan keterlibatan dalam gejolak pembaruan adalah semangat dan peristiwa yang tak pernah sepi dari dunia mahasiswa Papua. Sejarah telah bercerita tentang itu. Gerakan mahasiswa di Papua secara terus-menerus terlibat dalam pergulatan, perlawanan, dan perjuangan. Dari merencanakan sebuah negara dan membuat pengorganisasian masa rakyat, dari gerakan di kampus, di kampung hingga di hutan. Yang kemudian disaat kebangkita mahasiswa ketiga ini  pergerakan mahasiswa Papua mulai berani dan radikal dengan melakukan pergerakan dan perlawanan  di pusat ibu kota negara  dari pemerintahan dan Bangsa Republik Indonesia.

Berkaca dari sejarah awal gerakan Papua, sebenarnya yang mampu meradikalisasi dan mengentalkan gerakan mahasiswa menjadi gerakan perlawanan adalah kondisi ketertindasan rakyat dan ketidakadilan yang  menjamur dan sangat meresahkan. Mungkin bagi banyak kalangan mahasiswa Papua yang tau hanya ke kampus, makan-minum, main  dan  tidur,  akan sangat terdengar klise, namun itu adalah kenyataan yang tidak bisa dibohongi dan bukan romantisme belaka. Represi yang dilakukan oleh rezim yang berkuasa “Kolonial Belanda dan Indonesia saat itu”, ketidakadilan yang merata, kebijakan yang menindas rakyat kecil, dan terlebih lagi penyalahgunaan kekuasaan, seperti KKN, yang mengakibatkan terenggutnya hak dari tangan yang sangat membutuhkan, akan selalu merangsang dan memformat mahasiswa untuk melakukan gerakan perbaikan yang tidak hanya identik dengan studi, namun lebih dari itu ia akan mengkatalisasi gerakannya menjadi gerakan perlawanan, tidak peduli siapa yang harus dihadapi.

1. Kenyataan Sejarah Pergerakan Mahasiswa tahun 1960-an

Pada masa rekolonisasi akan dilakukan di Papua Barat, perlawanan secara tradisional memang belum mampu menghasilkan kemerdekaan buat bangsa Papua yang di maulai di Biak sekitar tahun 1934. Lantas segelintir Mahasiswa Papua atau lebih dikenal dengan orang-orang terpelajar yang didik oleh van Baal yang secara resmi mendirikan dan membangun kantor Gubernur perwakilan Belanda di Jayapura, Mereka yang didik pada saat itu antara lain adalah; N. Jouwe, M.W. Kaiseppo, P. Torei,  M.B. Ramendey, A.S. Onim, N. Tanggakma, F.Poana dan Andullah Arfan. Mereka ini boleh dikatakan orang didikan (mahasiswa/pelajar) pertama di Papua bagian Barat yang melakukan perlawanan secara intelektual. Mereka melakukan suatu gerakan untuk mengusir penjajahan dari muka bumi Papua dengan melakukan gerakan dan menetakan anggota Dewan Nieuw Guinea Raad , serta merancang lambang-lambang negara West Papua. (Saya akan biacara seputar gerakan mahasiswa saja). Akibat dari pembacaan akan terjadi privilege dari penjajah, namun saat itu ternyata tokoh-tokoh terpelajar bangsa Papua barat itu mampu menjadi pioner dan menumbuhkan gerakan dengan cara baru yang bukan hanya memperkaya khazanah metode perlawanan namun juga membuat gerakan memperjuangkan kemerdekaan menjadi lebih efektif dan terarah. Namun sayang Ketika kemerdekaan telah direbut, ternyata arus pergerakan kaum terpelajar didalam mereka sendiri tidak bisa diredam ketika pemerintah colonial Indonesia saat itu telah menyeludup masuk dalam khubuh mereka sendiri “seperti Silas Papare DKK” yang berdampak pada perubahan melenceng adengan murni dari semangat kemerdekaan, ini yang kadang kita sebut dengan istilah kasar “oh didalam tubuh mereka ada juga judas-judas, sehingga Gerakan mereka dipatahkan oleh orang Papua itu sendiri. Karena memang saat itu kaum terpelajar kita bansa Papua bisa dihitung dengan sepuluh jari kita. Memang ini mungkin hanya dimotori oleh beberapa orang terpelajar yang masih belajar juga, tapi ingat bahwa manuver mereka cukup dashyat, hingga saat ini sejarah bangsa-bangsa di dunia mencatatatnya.

Setelah selama hampir 5 tahun pergerakan dipatahkan, kembali pada tahun 1969, mahasiswa  Papua Barat mengkonsilidasikan diri dan turun ke jalan untuk melakukan protes atas hasil Pelaksanaan Pepera 1969, kita bisa mendengar dan juga menyaksikan lewat CD, dimana  riak-riak kecil protes mahasiswa dan masyarakat Papua Barat yang menemukan ada kecurangan yang terjadi pada saat pelaksanaan PEPERA 1969. Kita bisa melihat bagimana para nasional Papua merangkul beberapa mahasiswa untuk melakukan perjuangan, karena ada kecurangan dimana pihak Indonesia yang sedang memperebutkan Papua Barat justru yang melakukan PEPERA, tidak sesuai dengan kertetapan New York Agrremant  yang menetapkan harus ada dibawah kendali UNTHEA. Hal ini dapat kita buktikan dengan Aksi besar-besaran yang dilakukan oleh mahasiswa dan rakyat Papua sebelum pepera dilakukan pada tanggal 12 Februari 1969. Dalam demontrasi ini, mereka menyanyikan lagu-lagu rohani, lagu-lagu perjuangan dan yel-yel perlawanan rakyat Papua Barat. Demonstrasi ini di Pimpin oleh  Herman Wayoi dan Permenas Hans Torrey. BA.  Para demonstran ini menujuh ke kediam utusan khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), agar pepera harus dilaksanakan sesuai dengan perjanjian New York yakni “ One Man One Vote” dan menolak keingin Indonesia untuk melaksanakannya atas asas musyawara mufakat melalui Dewan Musyawarah Pepera (DMP). Demontrasi ini mengundang amarah Indonesia, sehingga Indonesia melalui ABRI melakukan penembakan dan penangkapan terhadap para pimpinan Papua yang tidak ikut gabung dengan Indonesia. Ini adalah sejarah kelabuh yang harus kita mahasiswa kritisi untuk dilakukan riviewu ulang pelaksanaan PEPEPRA 1969.

Pada aksi ini juga menuntut Pemerintah Indonesia untuk mempertanggungjawabkan penjarahan besar-besar yang dilakukan oleh tentara dan para birokrasi yang tanpa malu-malu mengambil dan mengangkut ke daerah mereka  barang-barang peninggalan Belanda, seperti mesin-mesin, kulkas dan barang-barang mewah, perlengkapan militer, perabot rumah, kantor-kantor pemerintah danlainnya. Semua dokumen-dokumen Papua, baik perpustakaan sekolah maupun surat-surat penting lainnya di baker habis oleh Ali Mortopo dan pasukan ABRI lndonesia dibawah komando Soeharto atar perintah Soekarno.

2. Gerakan Mahasiswa Tahun 70-80-an

Gerakan kebangkitan Mahasiswa berikutnya adalah, gerakan kebangkitan Seni dan Budayan Papua Barat yang di polopori oleh Arnol Aap, Sam kapisa dan kawan-kawan mahasiswa uncen di Jayapura. Gerakan mahasiswa yang bergerak di seni dan budaya ini lahir pada tahun 1972 yang dimulai dari gereja-geraja, panggung hingga terakhir di RRI nusantara lima Jayapura. Gerakan ini tumbuh dan berkembang, yangn kemudian pada tanggal 15 Agustus 1978 menjadikan hari jadi mambesak. Musik ini oleh Sam Kapisa dan Arnold Aap mengganggap sebagai musik yang suci sehingga mereka menamainya Mambesak, Nuri, yang menurut orang Biak adalah burung suci, tujuannya adalah untuk menghibur hati masyarakat Papua yang sedang di intimidasi, di aniaya, di perkosa dan di binasakan. Musik-musik mambesak memberikan kekuatan perlawanan rakyat Papua dan mengembalikan jadi diri sebagai komunitas yang beda dari bangsa Indonesia.

Gerakan Mambesak memberikan ispirasi yang kuat dan membangkitan nasionalisme bangsa Papua, sehingga perlawananpun semakin lama mulai menguat di daerah-derah Papua lainnya. Namun sayang, karena oleh pemerintah Indonesia menganggapnya gerakan ini sangat berbahay sehingga mereka menangkap Arnol Ap dan membunuhnya tanpa alasan politik dan keamanan yang jelas terhadap kesalahan yang di Lakukan oleh Al arnol Ap. Gerakan ini melahirkan protes besar-besar bangsa Papua atas kehadiran Indonesia, dengan melakukan Suaka politik dan pengungsian besar-besaran.

Di Jayapura sekitar 800 Masyarakat Papua melakukan pelarian ke Perbatasan Indonesia – PNG sebagai  protes mereka atas sikap tidak manusiawi Indonesia terhadap bangsa Papua Barat. Sementara di Jakarta, Simon Otis Piaref, Johannes Rumbiak, Jopie Rumanjau dan Loth Sarakan, mempertanyakan nasib Arnold Ap ke DPR-RI, karena dikejar-kejar maka mereka melakukan lompat pagar dan meminta suaka politik di kedutaan Belanda.  Sikap yang diambil oleh Simon O Piaref dan kawan-kawan ini, adalah sikap protes atas sikap dan tindakan Indonesia yang tidak manusiawi di tanah Papua Barat. Pada hari yang sama sekitar 300 masyarakat Papua melakukan long mark mengatar mayat Al. Arnol Ap dari Jayapura menujuh tanah hitam, tempat peristerahatan terakhir Al. Arnold Ap.

3.  Gerakan Mahasiswa Tahun 90- an Melahirkan AMP

Kemudian gerakan mahasiswa Papua lainnya adalah pada tahun 1996, di Jayapura - Abepura mahasiswa Uncen dibawah pimpinan Beni Wenda melakukan protes atas kematian Al. Dr Thomas Wanggai yang tidak wajar, “setelah diberikan racun dengan minuman”. Mahasiswa menyambut mayat al. Thomas Wanggai didepan kampus untuk penghormatan terakhir, namun apa yang terjadi, bahwa ada konspirasi penipuan Kolonial Indonesia disana, sehingga terjadi pemberontakan atas penipuan kolonial Indonesia, terjadi pembakaran mobil, toko-toko dan pasar raya Abepura. Dalam insiden ini 4 Mahasiswa dan 1 Anggota TNI pribumi meninggal dunia. Peristiwa ini adalah sejarah gerakan Mahasiswa Papua yang ada dalam memori masyarakat Papua.

Gerakan mahasiswa berikutnya adalah pecah pada tahun 1997, dimana mahasiswa Papua memprotes Pembantaian TNI di Mapenduma, Jila, Bela dan Alama. Protes ini dilakukan setelah mendapatkan laporan pelanggaran HAM oleh 3 gereja besar di Papua. Gereja itu antara Lain, Katolik, KIGMI dan GKIIJ. Gerakan ini berdampak hingga ke Luar Pulau Papua. Apa lagi kemudian di Picu lagi dengan Surat Senator Amerika serikat yang meminta kepada pemerinta BJ Habibi untuk  memberikan kesempatan kepada Timor-Timor dan Papua Barat.

Gerakan tahun 1997 ini  kemudian melahirkan organ politik mahasiswa Papua terbesar yang kemudian di kenal dengan naka Alinsi Mahasiswa Papua (AMP). Sedikit sejarahnya adalah. Aliansi Mahasiswa Papua (Selanjutnya disebut AMP) didirikan pada tanggal 30 Mei 1998 di Jl. Guntur Kawi, Manggarai, Jakarta Selatan.  Organisasi ini lahir ditengah situasi represi NKRI di Tanah Papua Barat, khsusnya di Biak, yang kita kenal dengan Peristiwa Biak Berdarah. Ditengah situasi politik Indonesia yang mulai goyah akibat tekanan-tekanan politik dari gerakan prodemokrasi Indonesia terhadap regime Soeharto dan mulai menguatnya tuntutan Reformasi Politik bagi sebuah perubahan yang berkeadilan serta terbukanya ruang demokrasi.

Ditengah situasi politik yang demikian di Indonesia, para mahasiswa Papua Barat dari berbagai kota di Indonesia berinisiatif membentuk sebuah organisasi politik yang akan mewadahi tuntutan-tuntutan politik mahasiswa Papua Barat secara jelas kepada Indonesia, terutama dalam hal “hak menentukan nasib sendiri sebagai bangsa yang merdeka” seperti yang selama 40 tahun terakhir diperjuangkan oleh OPM dan berbagai faksi organisasi Gerakan Pembebasan Nasional Papua Barat Barat lainnya.

Semangat perjuangan untuk membebaskan diri dari Neo-Kolonialisme Indonesia itulah yang telah mampu membangkitkan semangat perlawanan mahasiswa Papua Barat dan mendorong para mahasiswa untuk berkumpul dan membentuk wadah perlawanan yang efektif bagi perjuangan Pembebasan Nasional Papua Barat, terutama dikalangan mahasiswa Papua Barat yang selama itu masih bersifat apolitis, karena memang tidak memiliki alat-alat perjuangan yang jelas untuk sebuah sikap politik yang tegas terhadap perjuangan Pembebasan Nasional Papua Barat.

Dari sinilah cikal bakal perjuangan Pembebasan Nasional Papua Barat secara modern mulai ditorehkan secara efektif di Indonesia. Dalam perjalanan awal AMP banyak sekali kendala yang dihadapi karena tidak adanya pengetahuan bersama soal penerapan mekanisme organisasi gerakan politik (bukan paguyuban) dalam amanat perjuangan lebih besar. Tetapi sesuai dengan berjalannya waktu, AMP telah menata sejumlah mekanisme baru yang lebih efektif dalam menggerakan organisasi ini sebagai organisasi dengan kader-kader yang terdidik, terpimpin dan terorganisir rapi ditiap basis perjuangan mahasiswa Papua, baik di Papua, Indonesia maupun Internasional.

Pada tanggal 16 Januari 2001, AMP Korwil Yogyakarta direstrukrisasi dengan penempatan sejumlah kawan-kawan baru untuk mencoba menata kembali organisasi ini mulai dari tingkat kota Yogya dan terus membantu Ketua Umum di Jakarta untuk melebarkan jaringan politik dengan gerakan prodemokrasi Indonesia. Selain itu di Papua, AMP juga diefektifkan dengan mendorong pembentukan AMP Numbay dan menempatkan sejumlah kawan yang militan untuk memimpin organisasi dan mempertahankan semangat juang  dibasis utama perubahan kita, Tanah Papua. Selain itu, sejak tahun 2000 AMP juga telah mencoba membangun kekutan jaringan ditingkat internasional dengan basis utama di Irlandia dan Inggris.

Ditengah represi Neo-Kolonialisme Indonesia yang begitu kuat, AMP yang ada di Papua, Indonesia dan Internasional tetap berjuang menjaga semangat juang dikalangan mahasiswa Papua, ditengah-tengah rakyat Papua dan juga diantara kawan-kawan jaringan kita di Indonesia dan Internasional yang semakin lama semakin membesar sampai hari ini. Inilah tugas suci yang musti diemban oleh setiap kader Aliansi Mahasiswa Papua sampai kemenangan politik kita capai, yaitu KEMERDEKAAN SEJATI SEBAGAI  BANGSA PAPUA BARAT  yang telah dianeksasi oleh  pihak Amerika, Indonesia, Belanda dan PBB.
***

Untuk pertama kalinnya, Aliansi Mahasiswa Papua melakukan Aksi besar-besaran pada tahun 1998. Ditengah-tengah maraknya tuntutan Kemerdekaan Papua Barat, pada tanggal, 20 Juli 1998, Seluruh mahasiswa perantau dari Sulawesi diantaranya ( Menado, toraja serta Ujung Pandang), Bali, Jawa diantaranya (kota Surabaya, Malang, Semarang, Solo, Salatiga, Yogyakarta, Bandung serta Jakarta) dan Sumatera yang berjumlah sekitar 665 orang mahasiswa melakukan demonstrasi di depan kantor Perwakilan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Jakarta. Aksi demonstrasi Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) ini mengajukan tiga (3) buah pernyataan sikap politik yang menuntutu PBB agar segera mengembalikan kemerdekaan Papua Barat yang telah di Proklamasihkan pada tanggal, 1 Desember 1961. Mendesak Kepada mahkama Internasional agar segera menggugat Indonesia yang dengan sengaja menghilangkan hak-hak kebangsaan (national right) tanah dan hak bangsa Papua Barat selama 35 tahun. Memberikan kewenangan penuh kepada PBB dan Amerika untuk membuka kembali kasus negara Papua Barat bagi suatu penyelesaian Internasional.

Ini adalah gerakan-gerakan Mahasiswa Papua yang perlu kita catat dan memberikan penghargaan tertingga dalam kehidupan kita. Penghargaanya adalah dengan melakukan renungan kembali, kekuaragannya, kelebihannya dan kekuatannya, lalu kita mendukung dan mendorong sobat-sobat progresif yang sedang melakukan perlawanan setiap hari. Sobat saya H.G. pernah mengatakan kepada saya begini: “……… Sobat Jimmy… Orang Papua tidak pernah akan  mengerti kalau kita sedang jalan kaki, berkeringat dingin saat ini dalam melakukan perjuangan…..orang Papua tidak pernah akan mengerti kalau kita sedang susah naik angkot untuk menghadiri pertemuan-pertemuan itu…..orang Papua tidak akan membantu kita untuk menangis bersama dan menghapuskan air mata kita…hanya diri kita yang tau….kalau kita sedang menderita dalam melakukan perlawanan terhadap neocolonial Indonesia, neoliberalisme dan militerisme di Papua Barat….itulah masa-masa kita yang paling Indah…..”. Setelah saya pikir-pikir ternyata benar juga. Hanya kepada mereka yang terpangil dan melek saja yang tidak akan mengeluarkan kata-kata profokatif. ***  

NKRI HARUS BERTANGGUNG JAWAB ATAS PEMBUNUHAN MARTINUS YOHAME

 NKRI HARUS BERTANGGUNG JAWAB ATAS PEMBUNUHAN MARTINUS YOHAME


Kunjungan kerja Negara dalam hal ini Presiden Rebuplik Indonesia Susilo Bambang Yudoyono (SBY) ke Papua dalam rangga peresemian wisata Raja Ampat di Sorong dan presemian Tugu Kristus Raja di Mansinam Manokwari pada tanggal 20-25 Agustus 2014 di Papua telah membunuh Aktivis Papua Merdeka yaitu Ketua komite Nasional Papua Barat (KNPB) Wilayah Sorong Raja kepala burung Martinus Yohame.
Penculikan dan Pembunuhan terhadap ketua KNPB wilayah Sorong dilakukan untuk mengamankan perjalanan pimpinan Nekara klonial NKRI di Papua, Sebab sebelum kujungan Presiden rebuplik Indonesia (SBY) ke Sorong dan Manokwari Ketua KNPB wilayah sorong Almarhum Martinus Yohame dan Parlemen Rakyat Daerah (PRD) wilayah Sorong telah mengelurkan stekmen dalam jumpa press dengan menghadirkan sejumlah Wartawan yang berada di wilayah sorong kota pada tanggal 19 Agustus 2014 di depan walikota sorong pada pukul 15.00 WPB .

Dalam konfrensi press dengan wartawan itu ketua KNPB wilayah Sorong Raja Martinus Yohame (almarhum) dengan tegas menolak kedatangan SBY di Papua. Karna peresmian Wisata di raja Ampat waisai itu tidak mengutungkan rakyat pribumi yang berdomisili di wilayah setempat namun hanya mengutungkan devisa negara tanpa memperhatikan rakyat kecil di wilayah tersebut juga pada umumnya tidak mengutungkan orang Asli Papua.

Sejumlah kekayaan alam yang di kelola oleh Negara di Papua Barat seperti PT.FI di Timika dan minyak di sorong selama sekian tahun beroperasi di Papua namun rakyat tetap miskin diatas kekayaan alamnya sendiri. Maka Ketua KNPB wilayah sorong Martinus Yohame Menolak kedatangan SBY dalam peresmian Wisata di raja ampat yang akan mengutugnkan negara tersebut.

Dengan demikian untuk mengamankan atau mensuksekan kegiatan presemian Taman Wisata Raja Ampat dan juga persemian Tugu Kristus Raja di Manokari Ketua KNPB wilayah Sorong MARTINUS YOHAME harus diculik dan dibunuh secara sadis oleh Negara untuk mengamankan kepentingan Negara di Papua Barat. Kerena Negara menilai siapa pun yang menghambat kepentingan dan kekuasaan negara setiap aktifis papua yang lantang bersuara menolak semua kebijakan pemerintah yang tidak berpihak kepada rakyat kecil diangkap musuh Negara dan penghambat maka Martinus Yohame ketua KNPB wilayah Sorong menjadi korban penculikan dan Pembunuhan oleh Negar Kesatuan Republik Indonesia NKRI sebelum SBY berkujung ke Papua.

Berdasarkan hal tersebut diatas kami KNPB menilai penculikan dan Pembunuhan Ketua KNPB wilayah Sorong Martinus Yohame Merupakan korban kejahatan Negara sama seperti penculikan dan pembunuhan tokoh pejuang lainnya seperti THEYS H. ELUAY, KELY KWALIK, MAKO TABUNI,TITUS MURIB HUBERTUS MABEL dan sejumlah pejuang lain yang menjadi korban kekerasan negara.

Peryantaan Polda Papua dan Pangdam mengatakan melalui media cetak yaitu Suluh Papua edisi hari jumat 29 Agustus 2014 bahwa, polisi sulit percaya terhadap Penemuan Mayat di pulau Dom sorong. Karena keluararga menolak otopsi maka mayat yang ditemukan tersebut belum bisa pastikan itu jenaza Martinus Yohame atau tidak,,,? 

Hal ini kami menilai bukan baru ketiga aktivis papua merdeka dibunuh dan bahasa seperti ini selalu diungkapkan Oleh Negara terhadap Orang Papua dan menjadi lagu lama. Karena beberapa hal menjadi pertanyaan bagi kami KNPB.


Pertama Siapa menemukan mayat Martinus Yohame di pulau dom pada tanggal 26 Aggustus 2014, ? menurust media yaitu Tabloid Jubi edisi 26 Agutustus megatakan bahwa Mayat Martinus Yohame di Temukan oleh seorang nelayan pada pukul 07 di pulau dom namun nama nelayan itu tidak disebutkan nama nelayannya jadi nelayan menemukan mayat itu siapa ?

Kedua siapa yang bawa Mayat Martinus Yohame ke rumah sakit Umum kota Sorong apakah nelayan itu yang bawa ke rumagh sakit ?

Ketiga menurut tabloid jubi mayat Maritinus Yohame ditemukan di pulau dom jam 07 tetapi kenapa keluarga dan Pengurus KNPB wilayah sorong temukan mayat pada pukul 15.00 WPB, kenapa sejak ditemukan jam 7 tidak diinformasikan kepada keluarga dan KNPB ?


Keempat menurut Menurut hasil Visum yang dilakukan tim identifikasi rumah sakit umum Kota Sorong , ditemukan sebuah luka tembak di dada sebelah kiri, wajah korban juga hancur oleh pukulan benda keras. “ Kami temukan ada luka tembakan di dada kiri, dia punya muka hancur “ ungkap Yori petugas RSUD Sorong. Kedua kaki dan dan tangan korban juga dalam posisi terikat, diduga jasadnya akan ditenggelamkan ke Laut.

Pihak rumah sakit tidak perna sampaikan kepada keluarga dan KNPB tentang siapa yang menemukan mayat Martinus Yohame dan siapa yang membawa mayat Martinus Yohame ke rumah sakit Umumum kota sorong ?

Yang Kelima, Almarhum Martinus Yohame diculik sebelum SBY kujungan datang ke Papua lebih khusus ke Sorong, dan selama 5 hari belum ditemukan, kemudian setelah SBY melakukan kujuangan balik ke Jakarta mayat almarhum Martinus Yohame ditemukan ?

Yang Keenam Martinus Yohame bukan orang stress bukan orang gila dia bukan bunuh diri dan bukan juga dia mengalami kecelakaan tapi di dibunuh secara sitematis oleh orang terlati..?


Berdasarkan hal tersebut diatas kami menilai Penculikan dan Ketua KNPB wilayah Sorong Martinus Yohame dilakukan oleh orang-orang yang professional dan terlati, dan jejak atau rencana penculikan dan pembunuhan Ketua KNPB dilakukan secara rapi terstrutur dan diatur sedemikian rupah supaya jejak tidak bisa diketahui oleh public dan KNPB serta Keluarga.

Oleh karena itu apa yang dikatakan oleh polda dan pangdam merupakan lagu lama yang membagun opini yang membigungkan semua orang. Kami tau bahwa Pencuri tidak pernah mengakui bahwa, dia pencurinya demikian juga pembunuh tidak pernah mengakui bahwa dia adalah pembunuh, apa lagi penjajah tidak akan pernah mengaukui terhadap indentitas dan kebenarn orang lain.


Oleh Karena itu kami bandan Pengurus Pusat Komite Nasional Papua Barat (BPP-KNPB ) menyampaikan sikap sebagai Berikut:
1. Presiden Rebuplik Indonesia Susilo Bambang Yudoyono (SBY) segera bertanggung jawab atas kejahatan Negara terhadap penculikan dan pembunuhan MARTINUS YOHAME ketua KNPB wilayah Sorong.

2. Pangdam Cendrwasih Polda Papua , Polres dan Dandim Kota Sorong segera mengungkap pelaku Penculikan dan Pembunuhan terhadap MARTINUS YOHAME ketua KNPB Sorong Raja.

3. Komnas HAM RI dan Komnas Perwakilan Papua dan Lembaga kemanusia yang Independen Segera melakukan penyelidikan terhadap Penculikan dan Pembunuhan Ketua KNPB wilayah Sorong Martinus Yohame.

4. penculikan dan Pembunuhan terhadap Martinus Yohame Merupakan kejahatan Negara oleh sebab itu Negara bertanggung jawab dan mengadili para penjahat kemanusian di Papua Barat.

5. Gubernur Provinsi Papua, provisi Papua Barat Pangdam dan Polda Papua Aktor Pembunuhan atau pemusnahan Ras ( Genosida ) di Papua Barat.

Demikian pernyatan sikap kami terhadap penculikan dan pembunuhan terhadap ketua KNPB wilayah sorong Martinus Yohame .

Numbay, 28 Agustus 2014
Badan Pengurus Pusat
KOMITE NASIONAL PAPUA BARAT ( BPP-KNPB)

VICTOR F. YEIMO ONES N. SUHUNIAP
Ketua Umum Sekertaris Umum

Monday, 25 August 2014

Ksistensi Budaya Mahasiswa Papua se-Jawa dan Bali


Penulis : Tiborius Adii 
                      
Pencerita, Alfred Viktor Bobii. Foto: Dok. Pribadi


Bangga sekali jika budaya Papua dipentaskan pada peristiwa perayaan Natal dan Tahun baru setiap tahun di Kota Study di luar Papua (Surabaya, Malang, Semarang, Bali Yogyakarta, Bandung, Bogor, dan Jakarta). Berikut ini makna dan eksistensi budaya Papua serta solidaritas pemerintah, orang tua, yang diceritakan oleh Alfred Viktor Bobii, pelajar SMP Santa Agnes Surabaya, atas pengalaman dan pengamatan perayaan natal, tahun baru, sambil menunjukkan hasil potretannya di kota studi Bandung (26 Desember 2013 s/d 1 Januari 2014).

*** 


Gagasan perayaan Natal dan Tahun baru bersama mahasiswa Papua di beberapa kota study di luar Papua terkesan memiliki makna tersendiri dalam kerukunan para mahasiswa dan pelajar di sana.  Sungguh mengugah hatiku kalau menikmati sebuah acara yang dikemas dalam khas budaya di tanah rantauan.  

Para senior terdahulu dekade 1980-an sudah memprediksi pentingnya acara kebersamaan tersebut. Melalui kegiatan ini menyatukan para mahasiswa dan pelajar yang sedang menekuni berbagai displin ilmu. Momentum seperti ini dicetuskan oleh para senior angkatan tahun 1980-an bahkan sebelumnya, entah tahun berapa saya belum tahu persis. 

Haru dan tangis, rasanya ingin pulang (ingat) kembali bapak dan mama, sanak saudara di kampung ketika para mahasiswa dan pelajar mementaskan sejumlah atraksi di panggung dengan mengenakan busana adat sejumlah suku yang ada di Tanah Papua. Pasti senior-senior sudah pulang selesai study akan ingat kembali setelah artikel ini dibaca.  

Drama kelahiran Yesus Kristus mengawali perayaan Natal dan Tahun baru setiap tahun. Partisipasi para mahasiswa untuk menyelenggarakan kegiatan tersebut terlihat cukup antusias. 

Kebersamaan sebagai mahasiswa, pelajar di rantauan terlihat sejak terbentuknya panitia penyelenggarah hingga selesai. Bahkan dalam tempat pelaksanaan ditentukan awal tahun usai perayaan natal dan tahun baru dilaksanakan. Maka atas kesepakatan bersama menentukan  tempat/kota study mana yang ditunjuk sebagai tuan rumah pelaksanaan kegiatan, sekaligus mempercayakan panitia pelaksanaan tahun berikutnya. Semisal, perayaan Natal 2013 dan memasuki tahun baru 2014 dipusatkan di kota studi Bandung, dan tahun 2014 dipusatkan di kota Studi Semarang. 

Dalam momentum yang bernuansa budaya ini terlihat keakraban yang cukup tinggi. Pasalnya memperlihatkan drama kelahiran Yesus Juruslamat ala budaya-budaya di Papua. Bergantian tak terkecuali kota study menampilkan drama yang sudah disiapkan sebelumnya dari masing-masing kota studi.  

Tidak hanya drama, tetapi juga beberapa mata lomba diperlombakan serta seminarkan materi-materi pembinaan spiritual (renungan Alkitab), materi kepemimpinan, dibawakan oleh sejumlah narasumber  dari berbagai kalangan akademisi, kalangan gereja yang diundang panitia.



Nilai Eksistensi Budaya Papua di Mata Generasi Muda 

Sudah menjadi buah bibir di berbagai kalangan, menceritakan pentingnya pelestarian budaya. Orang tua selalu menasehati pentingnya pelestarian budaya. Nilai budaya perlu ditempatkan pada urutan teratas. Bahkan untuk menggali kembali budaya yang hilang berbagai pertemuan selalu mempersoalkan/mengangkat nilai-nilai. 

Menanggapi pentingnya budaya kini pihak gereja serius berbicara tentang budaya. Hal itu dilakukan dengan tujuan mengembalikan tatanan kehidupan manusia Papua pada nilai-nilai adat masa lalu. 

Berangkat dari pemahaman di atas, para mahasiswa terus eksis mengembangkan budaya. Tidak serta merta karena perayaan natal dan tahun baru, tetapi inti pelaksanaan dari penampilan drama-drama nuansa budaya mengangkat tradisi (adat) merupakan warisan leluhur. Hal itu terlihat ketika seluruh mahasiswa dan mahasiswi mengenakan busana adat (Koteka, Moge). Tak perduli dengan kondisi kota besar.  

Di tengah-tengah modernisasi para mahasiswa-mahasiswi berani mengangkat eksistensinya sebagai budaya yang adalah dasar pijakan hidup menuju masa depan yang cerah. 

Sebagai kepedulian terhadap adatnya, hampir semua memiliki busana adat (Koteka, Moge, Ukaa, Mapega), jika datang berlibur di Papua (masing-masing kampung), ataupun hendak ke Jawa melanjutkan studi selalu mereka kantongi sebagai persiapan jika ada kegiatan-kegaiatan adat. Suatu hal yang patut dijempol kepada mahasiswa-mahasiswi di luar Papua mereka menyanyikan lagu-lagu adat sambil memperagakan drama (wani, gowai, ugaa, tupe, dan lain-lain), menandakan bahwa memahami pentingnya memuji Tuhan melalui agama budaya sesuai ajaran Totamana, Toutomana, Toutamana, dan Touyemana. 


Solidaritas Pemerintah dan Orang Tua

Salut kepada pemerintah dan orang tua di kampung halaman, bahwa keprihatinan akan pelaksanaan perayaan natal sangat serius. Bantuan pemerintah sering dijawab sekalipun tidak sesuai perincian yang diajukan melalui proposal oleh panitia. Hal itu menunjukkan pemerintah provinsi, kabupaten/kota hendak bersolider untuk mengembangkan tradisi keagamaan di masing-masing kota studi di Jawa-Bali.  

Solidaritas orang tua dalam keterlibatan perayaan natal di pulau Jawa lebih berharga. Soalnya, menurut tradisi dalam kalangan suku-suku di Papua, jika Natal tiba pastilah setiap keluarga mengurbankan hewan piaraannya (babi, sapi) sebagai tanda persembahan atas kelahiran Sang Juru Selamat.  

Para orang tua merasa tidak lengkap jika dari anggota keluarga yang sedang studi tidak menikmati perayaan Natal bersama sanak saudara di kampung halamannya. Sebagai bukti solidernya orang tua selalu mengirim dana (uang natal) dari hasil usaha persiapan natal, berjualan kayu, pagar, hasil pertanian, peternakan, perikanan mereka,  disertai dengan iringan doa agar anak-anak mereka selalu dalam lindungan Tuhan dengan harapan kembali ke Papua setelah menyelesaikan studinya. 

Sekalipun saya sudah pindah di SMP ST. Anthonius Nabire, tetapi saya harap kakak-kakak terus  meningkatkan hal itu karena sangat penting. 


Ditulis oleh Adii Tiborius berdasarkan cerita Alfred Viktor Bobii. 

Popular Posts

Papua Press Agency